Welcome to My Spot

Cari Blog Ini

Rabu, 14 April 2010

Perilaku Konsumen dan Produsen

1. Perilaku Konsumen


Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pendapatan, selera konsumen dan harga barang, disaat kondisi yang lain tidak berubah(ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli barang dan jasa sehingga tercapai keputusan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.


Teori Konsumen


Teori perilaku konsumen mencoba menerangkan perilaku konsumen dalam membelanjakan pendapatannya untuk memperoleh alat-alat pemuas kebutuhan, yang dapat berupa barang-barang konsumsi ataupun jasa-jasa konsumsi. Kesimpulan-kesimpulan yang dapat dihasilkan oleh teori konsumen antara lain ialah bagaimana reaksi konsumen dalam kesediaannya membeli sesuatu barang terhadap berubahnya jumlah pendapatan yang ia peroleh, terhadap berubahnya harga barang-barang yang berhubungan dengan barang yang bersangkutan, terhadap berubahnya harga barang-barang yang berhubungan dengan barang yang bersangkutan, terhadap berubahnya cita rasa yang dimilikinya. Dengan demikian jelaslah kiranya bahwa teori konsumen tersebut merupakan dasar teoritik kurva permintaan.


1.1 Pendekatan


Teori konsumen mengenal 2 macam pendekatan, yaitu pendekatan guna kardinal atau cardinal utility approach dan pendekatan guna ordinal atau ordinal utility approach.


a. Pendekatan Guna Kardinal


Pendekatan ini menggunakan asumsi bahwa guna atau kepuasan seseorang tidak hanya dapat diperbandingkan, akan tetapi juga dapat diukur. Oleh karena menurut kenyataan kepuasan seseorang tidak dapat diukur maka asumsi tersebut dengan sendirinya dapat dikatakan tidak realistik. Inilah yang biasanya ditonjolkan sebagai kelemahan daripada teori konsumen yang menggunakan pendekatan guna kardinal, yang terkenal pula dengan sebutan teori konsumen dengan pendekatan guna marginal klasik atau classical marginal utility approach.


b. Pendekatan Guna Ordinal


Teori ini menggunakan asumsi yang lebih realistik. Dengan menggunakan konsepsi kurva tak acuh teori konsumen yang menggunakan pendekatan guna ordinal tersebut tidak lagi perlu menggunakan asumsi bahwa kepuasan atau guna seseorang dapat diukur. Sebaliknya kemungkinannya untuk tetap dapat diperbandingkan tinggi rendahnya kepuasan seseorang, dengan dipergunakannya konsepsi kurva tak acuh, masih dapat dipenuhi.


1.2 Konsep Elastisitas


Salah satu pokok bahasana yang paling penting dari aplikasi ekonomi adalah konsep elastisitas. Pemahaman dari elastisitas harga dari permintaan dan penawaran membantu para ahli ekonomi untuk menjawab suatu pertanyaan, yakni apa yang akan terjadi terhadap permintaan dan penawaran, jika ada perubahan harga ? Apa yang terjadi jika ” keseimbangan harga ” bila faktor-faktor yang mempengaruhi kurva demand dan kurva supply berubah ? Dan berapa besar pengaruhnya ? Untuk menjawab ini pakailah konsep elastisitas..


Elastisitas Permintaan


Elastisitas harga permintaan adalah suatu alat / konsep yang digunakan untuk mengukur derajat kepekaan / respon perubahan jumlah / kualitas barang yang dibeli sebagai akibat perubahan faktor yang mempengaruhinya.

Dalam hal ini pada dasarnya ada 3 variabel utama yang mempengaruhi, maka dikenal dengan 3 elastisitas permintaan, yaitu :


a. Elastisitas Harga Permintaan

b. Elastisitas Silang

c. Elastisitas Pendapatan


a. Elastisitas Harga Permintaan ( the price of demand )


Elastisitas harga permintaan adalah derajat kepekaan / respon jumlah permintaan akibat perubahan harga barang tersebut atau dengan kata lain merupakan perbandingan daripada persentasi perubahan jumlah barang yang diminta dengan prosentase perubahan pada harga di pasar, sesuai dengan hukum permintaan, dimana jika harga naik, maka kuantitas barang turun dan sebaliknya.


Sedangkan tanda elastisitas selalu negatif, karena sifat hubungan yang berlawanan tadi, maka disepakati bahwa elastisitas harga ini benar indeksnya . koefisiennya dapat kurang dari, sama dengan lebih besar dari satu dan merupakan angka mutlak ( absolute ), sehingga permintaannya dapat dikatakan :


- Tidak elastisitas ( in Elastic )

- Unitari ( unity ) dan

- Elastis ( elastic )


Dengan bentuk rumus umum sebagai berikut :


Δ Q ΔP Δ Q P

Eh : atau Eh = X

Q P ΔP Q


Dimana :


- Eh adalah elastisitas harga permintaan

- Q adalah jumlah barang yang diminta

- P adalah harga barang tersebut

- Δ adalah delta atau tanda perubahan


Hasil akhir dari elastisitas tersebut memberikan 3 kategori :


Apabila perubahan harga (ΔP ) mengakibatkan perubahan yang lebih besar dari jumlah barang yang diminta ( ΔQ ),disebut dengan elastisitas yang elastic ( elastic ), dimana besar koefisiennya adalah besar dari satu ( Eh.1 ). Bentuk kurva permintaanya lebih landai. [ % ΔP < % ΔQ ] .2. Apabila persentase perubahan harga ( % ΔP ) sama besarnya dengan persentase perubahan jumlah barang yang diminta ( % ΔQ ) disebut dengan elastisitas yang unitari ( unity ), dimana besar koefisiennya adalah sama dengan satu ( eh = 1 ), bentuk kurva permintaannya membentuk sudut 45 derajat dari titik asal [ % ΔP = % ΔQ ].3. Apabila persentase perubahan harga ( % ΔP ) mengakibatkan perubahan kenaikan jumlah barang yang diminta ( % ΔQ ) yang lebih kecil, disebut elastisitas yang in elastic dimana besar koefisiennya lebih kecil dari satu ( Eh <> % ΔQ ].


Pembagian ke dalam 3 kategori tersebut disebabkan karena perbedaan total penerimaan ( Total Renenue ) nya sebagai akibat perubahan harga masing-masing kategori.


Pada suatu kurva permintaan akan terdapat ketiga keadaan tersebut, tergantung dititik mana mengukurnya. Pada harga tinggi, elastisitasnya lebih besar dari satu atau elastis, pada harga yang rendah elastisitasnya kurang dari satu atau tidak elastis ( in elastic ), sedangkan titik tengah dari kurva permintaan mempunyai elastisitas sama dengan satu atau unitary ( unity ).


Disamping 3 bentuk elastisitas harga permintaan di atas, ada 2 lagi elastisitas harga permintaan, yaitu :


1. Permintaan yang Elastis Sempurna ( Perfectly Elastic )


Ini merupakan tingkat yang paling tinggi dari kemungkinan elastisitas, dimana respon yang paling besar dari jumlah barang yang diminta terhadap harga, bentuk kurva permintaannya merupakan garis horizontal dengan sempurna sejajar dengan sumbu garis horizontal dengan sempurna sejajar dengan sumbu datar, besar elastisitasnya tidak berhingga (Eh =ς) pada kondisi ini berapapun jumlah permintaan, harga tidak berubah atau pada tingkat harga yang jumlah permintaan dapat lebih banyak.


2. Kurva Permintaan yang tidak Elastis Sempurna ( Perfectly In Elastic )


Ini merupakan tingkat paling rendah dari elastisitas, dimana respon yang jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga adalah sangat kecil, bentuk kurva permintaannya vertikal dengan sempurna sejajar dengan sumbu tegak, besar koefisien elastisitasnya adalah nol (Eh = 0), artinya bagaimanapun harga tinggi, konsumen tidak akan mengurangi jumlah permintaannya.


Faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Harga Permintaan


Elastisitas harga permintaan mengukur tingkat reaksi konsumen terhadap perubahan harga. Elastisitas ini dapat menceritakan pada produsen apa yang terjadi terhadap penerimaan penjualan mereka, jika mereka merubah strategi harga, apakah kenaikan/menurunkan jumlah barang yang akan dijualnya.

Ada beberapa faktor yang menentukan elastisitas harga permintaan :


1. Tersedia atau tidaknya barang pengganti di pasar

2. Jumlah pengguna / tingkat kebutuhan dari barang tersebut

3. Jenis barang dan pola preferensi konsumen

4. Periode waktu yang tersedia untuk menyesuaikan terhadap perubahan harga / periode waktu penggunaan

barang tersebut

5. Kemampuan relatif anggaran untuk mengimpor barang


Elastisitas akan besar dimana :


1. Terdapat banyak barang substitusi yang baik

2. Harga relatif tinggi

3. Ada banyak kemungkinan-kemungkinan penggunaan barang lain


Elastisitas umumnya akan kecil, bilamana :


1. Benda tersebut digunakan dengan kombinasi yang lain

2. Barang yang bersangkutan terdapat dalam jumlah banyak dan dengan harga-harga yang rendah

3. Untuk barang tersebut tidak terdapat barang-barang substitusi yang baik, dan benda tersebut sangat

dibutuhkan.


b. Elastisitas Silang ( The Cross Price Elasticity Demand )


Permintaan konsumen terhadap suatu barang tidak hanya tergantung pada harga barang tersebut. Tetapi juga pada preferensi konsumen, harga barang substitusi dan komplementer serta pendapatan.


Para ahli ekonomi mencoba mengukur respon / reaksi permintaan terhadap harga yang berhubungan dengan barang tersebut, disebut dengan elastisitas silang ( The Cross Price Elasticity Demand ).


Perubahan harga suatu barang akan mengakibatkan pergeseran permintaan kepada produk lain, maka elastisitas silang ( Exy ) adalah merupakan persentase perubahan permintaan dari barang X dibagi dengan persentase perubahan harga dari barang Y.


Apabila hubungan kedua barang tersebut ( X dan Y ) bersifat komplementer ( pelengkap ) terhadap barang lain itu, maka tanda elastisitas silangnya adalah positif, misalnya kenaikan harga daging ayam akan mengakibatkan kenaikan jumlah permintaan terhadap daging sapi dan sebaliknya.


Bentuk umum dari Elastisitas Silang adalah :


ΔQx Py
Es = ------- x --------> 0 Substitusi
Δ Px Qx
Δ Qy Px


Es = ------- x --------< style=""> Δ Py Qy perlu dicata bahwa indeks / koefisien elastisitas tidak sama dengan lereng dari kurva atau slope dari kurva permintaan. Bila elastisitas tersebut no ( 0 ) berarti tidak ada hubungan antara suatu barang dengan barang lain.


c. Elastisitas Pendapatan ( The Income Elasticity of Demand )


Suatu perubahan ( peningkatan / penurunan ) daripada pendapatan konsumen akan berpengaruh terhadap permintaan berbagai barang, besarnya pengaruh perubahan tersebut diukur dengan apa yang disebut elastisitas pendapatan. Elastisitas pendapatan ini dapat dihitung dengan membagi persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perubahan pendapatan, dengan rumus Δ Q. ΔY.QY.Em = --- : --- atau Em = --- x --- QY. ΔY.Q Jika Em = 1 ( unity ), maka 1 % jumlah barang yang diminta; jika Em > 1 ( Elastic ), maka orang akan membelanjakan bagian yang lebih besar dari pendapatan terhadap barang jika pendapatan naik; jika Em < style="">in Elastic ), maka orang akan membelanjakan bagian pendapatan yang lebih kecil untuk suatu barang, bila pendapatannya naik. Apabila yang terjadi adalah kenaikkan pendapatan yang berakibatkan naiknya jumlah barang yang diminta, maka tanda elastisitas tersebut adalah positif dan barang yang diminta sebut barang normal atau superior. Bila kenaikan dalam pendapatan tersebut berakibat berkurangnya jumlah suatu barang yang diminta, maka tanda elastisitas terhadap barang tersebut adalah negatif dan barang ini disebut dengan barang inferior atau giffen.


2. Perilaku Produsen


Anggapan yang biasa digunakan dalam menganalisis perilaku produsen adalah produsen bertujuan memaksimalkan keuntungan, tetapi ada juga yang mengatakan, seperti BERLE dan MEANS, bahwa dengan terpisahnya antara pemilikan (ownership) dan management menyebabkan anggapan di atas kurang tepat. Dan juga dikatakan bahwa tujuan produsen tidak hanya memaksimumkan keuntungan tetapi juga mempunyai tujuan lain yang tidak selalu tetap.


2.1 Produsen dan Fungsi Produksi


Produsen merupakan seseorang yang bertugas memproduksi / menghasilkan barang ataupun jasa yang dihasilkan dalam suatu periode tertentu yang nantinya akan digunakan untuk dijual atau dipasarkan.

Fungsi Produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara berbagai kombinasi input yang digunakan untuk menghasilkan output.


Q = f ( X1, X2, X3, ... Xn )


- Q = Tingkat produksi / output

- X1, X2, X3,..Xn = Kombinasi input yang digunakan.


Asumsi dasar untuk menjelaskan fungsi produksi ini adalah berlakunya ” The Law Of Diminishing Returns ” yang menyatakan bahwa apabila suatu input ditambahkan dan input-input lain tetap, maka tambahan output dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan mula-mula menaik, tapi pada suatu tingkat tertentu akan menurun jika input tersebut terus ditambahkan. Jadi dalam hukum ini ada 3 tingkat produksi :


I. Tahap 1 : Produksi terus bertambah dengan cepat

II. Tahap 2 : Pertambahan produksi total semakin lama semakin kecil

III. Tahap 3 : Pertambahan produksi total semakin berkurang.


Konsep fungsi produksi berkaitan dengan hubungan fisik antara input(masukan) dan output(keluaran) yang dapat dihasilkan. Hubungan ini dapat ditunjukkan secara matematis sebagai berikut :


X = f ( a, b, c )


dimana

- X adalah output yang dihasilkan.

- a, b, c adalah input-input yang digunakan.


Fungsi produksi ini membatasi pencatatan profit maksimum karena keterbatasan tekhnologi dan pasar dimana ini akan mempengaruhi ongkos produksi, output yang dihasilkan dan harga jual output.


Hubungan antara input dengan input, input dengan output, dan output dengan output yang menjadi karakteristik dari fungsi produksi suatu perusahaan tergantung pada teknik produksi yang digunakan. Pada umumnya, semakin maju teknologi yang digunakan akan semakin meningkatkan output yang dapat diproduksikan dengan suatu jumlah input tertentu.


2.2 Produksi Optimal


Optimalitas merupakan salah satu usaha yang ingin dicapai oleh setiap unit bisnis. Ada 2 segi optimalitas, yang pertama, maksimasi keuntungan dan yang kedua, minimasi pengeluaran. Produksi maksimum tidak menjamin keuntungan maksimum. Untuk itu, produksi optimal lebih baik daripada produksi maksimal karena produksi optimal menjamin keuntungan maksimal.


Produksi optimal dapat dicapai apabila ada pengorganisasian penggunaan input sebaik mungkin. Alokasi input yang baik ini dapat dilihat dari berapa besar sumbangan seluruh input terhadap produksi. Jika tambahan input mengakibatkan pengurangan produksi maka tambahan input tersebut tidak diperlukan karena pada saat tersebut penambahan input tidak lagi efisien. Sementara itu, penambahan input yang mengakibatkan penambahan output yang jauh lebih besar juga kurang baik karena pada saat tersebut ongkos produksi per unit telah mengalami peningkatan. Kontribusi input yang optimal dicapai bila tambahan input proporsional dengan tambahan output. Konsep ini dikenal dengan istilah return to scale (RTS).


2.3 Kombinasi Ongkos Terkecil ( Least Cost Combination )


Dianggap bahwa tujuan perusahaan ( produsen ) adalah meminimumkan ongkos produksi untuk suatu tingkat output tertentu, ini berarti bahwa kombinasi input harus disesuaikan dengan ongkos minimum yang tersedia. Dengan kata lain, berapapun ongkos yang tersedia, perusahaan harus memilih kombinasi yang akan menghasilkan jumlah output tertinggi.


Masalah yang dihadapi oleh seorang pengusaha sama dengan yang dihadapi oleh seorang konsumen. Isoquant menunjukkan jumlah output dimana pengusaha dapat mengkonsumsikan berbagai kombinasi input yang tersedia. Hal ini sejalan ( analog ) dengan kurva Indifference yang menunjukkan output yang dikonsumsi oleh konsumen untuk mencapai tingkat kepuasan yang maksimum. Untuk melengkapi analogi ini diperlukan suatu ”counterpart” bagi pengusaha dalam menentukan posisi output yang harus diproduksi yaitu garis anggaran yang disebut kurva ISOCOST atau ”equal cost”, yaitu kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi input yang dapat dibeli dengan suatu ongkos tertentu. Perubahan dalam ongkos yang tersedia, dengan harga input tetap, akan menyebabkan pergeseran kurva isocost ke kanan ( bertambah ) atau ke kiri ( berkurang ). Ditunjukkan pergeseran garis isocost sejajar.


Secara matematis, garis isocost ditunjukkan oleh persamaan sebagai berikut :


T = a pa + b pb ....... (1)

- T : total biaya / anggaran yang tersedia untuk membeli input-output a dan b

- pa dan pb : harga input a dan input b