Welcome to My Spot

Cari Blog Ini

Minggu, 19 Desember 2010

5 Ciri Sok Tahu

'Sok tahu' pada dasarnya adalah "merasa sudah cukup berpengetahuan" padahal sebenarnya kurang tahu. Masalahnya, orang yang sok tahu biasanya tidak menyadarinya. (1) Lantas, bagaimana kita tahu bahwa kita 'sok tahu'? Mari kita mengambil hikmah dari Al-Qur'an. Ada beberapa ciri 'sok tahu' yang bisa kita dapatkan bila kita menggunakan perspektif surat al-'Alaq.

1. Enggan Membaca

Ketika disuruh malaikat Jibril, "Bacalah!", Rasulullah Saw. menjawab, "Aku tidak bisa membaca." Lalu malaikat Jibril menyampaikan lima ayat pertama yang memotivasi beliau untuk optimis. Adapun orang yang 'sok tahu' pesimis akan kemampuannya. Sebelum berusaha semaksimal mungkin, ia lebih dulu berdalih, "Ngapain baca-baca teori. Mahamin aja sulitnya minta ampun. Yang penting prakteknya 'kan?" Padahal, Allah pencipta kita itu Maha Pemurah. Ia mengajarkan kepada kita apa saja yang tidak kita ketahui.

(2) Disisi lain, ada pula orang Islam yang terlalu optimis dengan pengetahuannya, sehingga enggan memperdalam. Katanya, misalnya, "Ngapain baca-baca Qur'an lagi. Toh udah khatam 7 kali. Mending buat kegiatan lain aja." Padahal, Al-Qur'an adalah sumber dari segala sumber ilmu, sumber 'cahaya' yang tiada habis-habisnya menerangi kehidupan dunia. Katanya, misalnya lagi, "Ngapain belajar ilmu agama lagi, toh sejak SD hingga tamat kuliah udah diajarin terus." Padahal, 'ilmu agama' adalah ilmu kehidupan dunia-akhirat.

2. Enggan Menulis

(3) Orang yang sok tahu terlalu mengandalkan kemampuannya dalam mengingat-ingat dan menghafal pengetahuan atau ilmu yang diperolehnya. Ia enggan mencatat. "Ngerepotin," katanya. Seolah-olah, otaknya adalah almari baja yang isinya takkan hilang. Padahal, sifat lupa merupakan bagian dari ciri manusia. (4) Orang yang sok tahu enggan mencatat setiap membaca, menyimak khutbah, kuliah, ceramah, dan sebagainya. Padahal, Allah telah mengajarkan penggunaan pena kepada manusia.

(5) Di sisi lain, ada pula orang yang kurang mampu menghafal dan mengingat-ingat pengetahuan yang diperolehnya, tapi ia merasa terlalu bodoh untuk mampu menulis. "Susah," katanya. Padahal, merasa terlalu bodoh itu jangan-jangan pertanda kemalasan. Emang sih, kalo nulis buat orang lain, kita perlu ketrampilan tersendiri. Tapi, bila nulis buat diri sendiri, bukankah kita gak bakal kesulitan nulis 'sesuka hati'? Apa susahnya nulis di buku harian, misalnya, "Tentang ciri sok tahu, lihat al-'Alaq!"?

3. Membanggakan Keluasan Pengetahuan

Orang yang sok tahu membanggakan kepintarannya dengan memamerkan betapa ia banyak membaca, banyak menulis, banyak mendengar, banyak berceramah, dan sebagainya tanpa menyadari bahwa pengetahuan yang ia peroleh itu semuanya berasal dari Allah. Ia mengira, prestasi yang berupa luasnya pengetahuannya ia peroleh berkat kerja kerasnya saja. Padahal, terwujudnya pengetahuan itu pun semuanya atas kehendak-Allah.

(6) Mungkin ia suka meminjam atau membeli buku sebanyak-banyaknya, tetapi membacanya hanya sepintas lalu atau malah hanya memajangnya. Ia merasa punya cukup banyak wawasan tentang banyak hal. Ia tidak merasa terdorong untuk menjadi ahli di bidang tertentu. Kalau ia menjadi muballigh 'tukang fatwa', semua pertanyaan ia jawab sendiri langsung walau di luar keahliannya. (7) Ia mungkin bisa menulis atau berbicara sebanyak-banyaknya di banyak bidang, tetapi kurang memperhitungkan kualitasnya.

4. Merendahkan Orang Lain Yang Tidak Sepaham

Bagi orang Islam yang sok tahu, siapa saja yang bertentangan dengan pendapatnya, segera saja ia menuduh mereka telah melakukan bid'ah, sesat, meremehkan agama, dan sebagainya. Bahkan, misalnya, sampai-sampai ia melarang orang-orang lain melakukan amal yang caranya lain walau mereka punya dalil tersendiri. (8) Ia menjadikan dirinya sebagai "Yang Maha Tahu", terlalu yakin bahwa pasti pandangan dirinyalah satu-satunya yang benar, sedangkan pandangan yang lain pasti salah. Padahal, Allah Swt berfirman: "Janganlah kamu menganggap diri kamu suci; Dia lebih tahu siapa yang memelihara diri dari kejahatan." (an-Najm [53]: 32)

Muslim yang sok tahu cenderung menganggap kesalahan kecil sebagai dosa besar dan menjadikan dosa itu identik dengan kesesatan dan kekafiran! (9) Lalu atas dasar itu dengan gampangnya ia mengeluarkan 'vonis hukuman mati'. Padahal, dalam sebuah hadits shahih dari Usamah bin Zaid dikabarkan, "(10) Barangsiapa mengucapkan laa ilaaha illallaah, maka ia telah Islam dan terpelihara jiwa dan hartanya. Andaikan ia mengucapkannya lantaran takut atau hendak berlindung dari tajamnya pedang, maka hak perhitungannya ada pada Allah. Sedang bagi kita cukuplah dengan yang lahiriah."

5. Menutup Telinga dan Membuang Muka Bila Mendengar Pendapat Lain

Orang yang sok tahu tidak memberi peluang untuk berdiskusi dengan orang lain. Kalau toh ia memasuki forum diskusi di suatu situs, misalnya, ia melakukannya bukan untuk mempertimbangkan pendapat yang berbeda dengan pandangan yang selama ini ia anut, justru untuk mengumandangkan pendapatnya sendiri. (11) Ia hanya melihat selayang pandang gagasan orang-orang lain, lalu menyerang mereka bila berlainan dengannya. Ia tidak mau tahu bagaimana mereka berhujjah (berargumentasi).

Di samping itu, orang yang sok tahu itu bersikap fanatik pada pendapat golongannya sendiri. Seolah-olah ia berseru, "Adalah hak kami untuk berbicara dan adalah kewajiban kalian untuk mendengarkan. Hak kami menetapkan, kewajiban kalian mengikuti kami. Pendapat kami semuanya benar, pendapat kalian banyak salahnya." Orang yang terlalu fanatik itu tidak mengakui jalan tengah. Ia menyalahgunakan aksioma, "Yang haq adalah haq, yang bathil adalah bathil."

Aisha Chuang
ac4x3@yahoo.com
sumber : eramuslim

Penjelasan dan Pembenaran Kalimat / Gramatikal

(1) Lantas, bagaimana kita tahu bahwa kita 'sok tahu' = Kalimat ini merupakan kalimat majemuk setara karena terdapat konjungsi LANTAS.

Lantas = Konjungsi

Bagaimana Kita = S

Tahu = P

Bahwa kita ‘sok tahu’ = Keterangan sifat

(2) Disisi lain, ada pula orang Islam yang terlalu optimis dengan pengetahuannya, sehingga enggan memperdalam = Kalimat ini merupakan kalimat majemuk tak setara karena di dalamnya terdapat kata konjungsi berupa “SEHINGGA”

Disisi lain = Keterangan

Ada pula orang Islam = S

Yang terlalu optimis = P

Dengan pengetahuannya = O

Sehingga = Konjungsi

Enggan memperdalam = Keterangan Sifat

(3) Orang yang sok tahu terlalu mengandalkan kemampuannya dalam mengingat-ingat dan menghafal pengetahuan atau ilmu yang diperolehnya = Kalimat ini merupakan kalimat majemuk setara karena di dalamnya terdapat konjungsi berupa “DAN” & “ATAU”

Orang yang sok tahu = S

Terlalu mengandalkan = P

Kemampuannya dalam mengingar = O

Dan = Konjungsi

Menghafal pengetahuan atau ilmu yang diperolehnya = Pelengkap

(4) Orang yang sok tahu enggan mencatat setiap membaca, menyimak khutbah, kuliah, ceramah, dan sebagainya = Kalimat ini merupakan kalimat majemuk setara karena di dalamnya terdapat konjungsi berupa “DAN”

Orang yang sok tahu = S

Enggan = Keterangan Sifat

mencatat = P

setiap membaca, menyimak khutbah kuliah, ceramah = O

dan = Konjungsi

Sebagainya = Keterangan

(5) Di sisi lain, ada pula orang yang kurang mampu menghafal dan mengingat-ingat pengetahuan yang diperolehnya, tapi ia merasa terlalu bodoh untuk mampu menulis = Kalimat ini merupakan kalimat yang bersifat campuran karena di dalamnya terdapat beberapa kombinasi konjungsi “DAN” yang merupakan konjungsi dari kalimat setara dan “TAPI” yang merupakan konjungsi dari kalimat tak setara

Di Sisi lain = Keterangan

Ada pula orang = S

Yang kurang mampu = Keterangan Sifat

Menghafal = P

Dan = Konjungsi

Mengingat-ingat = P

Pengetahuan = O

Yang diperolehnya = Keterangan

(6) Mungkin ia suka meminjam atau membeli buku sebanyak-banyaknya, tetapi membacanya hanya sepintas lalu atau malah hanya memajangnya = Kalimat ini merupakan kalimat yang bersifat campuran karena di dalamnya terdapat beberapa kombinasi konjungsi “ATAU” yang merupakan konjungsi dari kalimat setara dan “TAPI” yang merupakan konjungsi dari kalimat tak setara

Mungkin = Keterangan

Ia = S

Suka meminjam = P

Atau = konjungsi

Membeli = P

Buku = O

Sebanyak-banyaknya = Keterangan

Tetapi = konjungsi

Membacanya = S

Hanya sepintas = Keterangan waktu

Lalu, atau = konjungsi

Malah hanya memajangnya = Pelengkap

(7) Ia mungkin bisa menulis atau berbicara sebanyak-banyaknya di banyak bidang, tetapi kurang memperhitungkan kualitasnya = Kalimat ini merupakan kalimat yang bersifat campuran karena di dalamnya terdapat beberapa kombinasi konjungsi “ATAU” yang merupakan konjungsi dari kalimat setara dan “TAPI” yang merupakan konjungsi dari kalimat tak setara

Ia = S

Mungkin bisa menulis = P

Atau = Konjungsi

Berbicara sebanyak-banyaknya = P

Di banyak bidang = Keterangan tempat

Tetapi = konjungsi

Kurang memperhitungkan kualitasnya = Pelengkap

(8) Ia menjadikan dirinya sebagai "Yang Maha Tahu", terlalu yakin bahwa pasti pandangan dirinyalah satu-satunya yang benar, sedangkan pandangan yang lain pasti salah = Kalimat ini merupakan kalimat majemuk tak setara karena di dalamnya terdapat kata konjungsi berupa “SEDANGKAN”

Ia = S

Menjadikan Dirinya sebagai “Yang Maha Tahu” = P

Terlalu yakin bahwa pasti pandangan dirinyalah satu-satunya yang benar = O

Sedangkan = Konjungsi

Pandangan yang lain pasti salah = Pelengkap

(9) Lalu atas dasar itu dengan gampangnya ia mengeluarkan 'vonis hukuman mati = Kalimat ini merupakan kalimat majemuk setara karena di dalamnya terdapat konjungsi berupa “LALU”

Lalu = Konjungsi

atas dasar itu dengan gampangnya = Keterangan Sifat

Ia = S

Mengeluarkan = P

‘vonis hukuman mati’ = O

(10)Barangsiapa mengucapkan laa ilaaha illallaah, maka ia telah Islam dan terpelihara jiwa dan hartanya = Kalimat ini merupakan kalimat majemuk setara karena di dalamnya terdapat konjungsi berupa “DAN”

Barangsiapa = S

Mengucapkan = P

Laa ilaa ha illallah = O

Maka = keterangan

Ia = S

Telah Islam = P

Dan = konjungsi

Terpelihara jiwa dan hartanya = Pelengkap

(11)Ia hanya melihat selayang pandang gagasan orang-orang lain, lalu menyerang mereka bila berlainan dengannya = Kalimat ini merupakan kalimat majemuk setara karena di dalamnya terdapat konjungsi berupa “LALU”

Ia = S

Hanya melihat = P

Selayang pandang = O

Gagasan orang lain = Pelengkap

Lalu = konjungsi

Menyerang mereka bila berlainan dengannya = Pelengkap